Siswa Jendro Nyumurupi Gustine
Oleh: Budi Siswanto
Wongsojono
Aja Sinau Jendro mundak uripe sara, jare
tuku suwal wae ora bisa
Red Ind : Jangan
belajar ilmu Jendro sebab hidupmu akan sengsara, katanya beli celana pendek
saja tidak mampu
Benarkah Masyarakat
Jawa dalam sejarahnya termasuk orang-orang yang kalah?
Jika demikian, benarkah bahwa Kaweruh Jendro Hayuningrat yang adalah cikal
bakal kaweru bagi bathinnya orang-orang jawa, dapat diartikan sebagai cerminan dari
sikap hidup orang yang kalah?
Memang benar
jika di tinjau dari filsafat Jawa, yaitu mengagungkan bathin lan urip sakmadya dan
lebih merendahkan materi, mengenai hal ini nampak jelas dalam berbagai hal, terutama
pandangan hidup orang-orang Jawa selalu bersifat non-materi, jika kita
fahami setiap isi pengajaran yang di sampaikan melalui Dawuh bahwa bimbingan kaweruh Jendro Hayuningrat sama persis dengan
faham masyarakat jawa, yaitu lebih cenderung mengedepankan tata-krama dan kehalusan.
Kepriayian dan kebudayaan adiluhung telah menjadi kebanggaan, mungkin merupakan
sebuah pencapaian.
Maka dari itu, jika ada seorang Jawa
atau orang lain ( bukan suku Jawa ) yang bersikap kasar
terhadap sesama, maka masyarakat jawa akan
memberi sebutan “ ora njawani”
yang artinya tidak bersikap Jawa atau bahkan “durung Jowo” (belum menjadi Jawa) karena hanya yang halus dan berbudi luhurlah yang diakui sebagai “wis Jowo” ( sudah menjadi Jawa). Jadi
ternyata banyak orang Jawa yang pandai membungkuk dalam bersikap, itu justru
menjadikan dirinya sombong dan merasa dirinya paling unggul dalam santun
dan berbudi luhur.
Adanya dikotomi
tanah Jawa – tanah sabrang (seberang) dalam hidup orang Jawa juga berangkat
dari rasa unggul (secara kultural) semacam itu. Tapi orang
"seberang” bahkan orang bule sekalipun, asalkan
ia halus tutur kata dan tindakanya oleh orang Jawa disebut sebagai
"Jawa". Seolah-olah hanya orang Jawa yang punya kehalusan. Seorang
teman saya bahkan tidak malu-malu menyebut bule atau China
yang sarungan dan pakai baju koko atau baju jemblek, mereka sebut sebagai bule atau
China
yang njawani.
Cultural
determinism dalam antropologi dulu dianggap produk Eropa dan merupakan gambaran
keangkuhan bule Eropa. Orang lupa bahwa determinisme cultural ada juga di Jawa.
Tetapi, apakah benar bahwa rasa unggul pada orang Jawa itu berawal dari
ungkapan kegetiran masyarakat Jawa, akibat menderita kekalahan secara
terus-menerus di bidang politik, ekonomi dan militer dalam menghadapi agresi
Barat? Benarkah orang Jawa menggunakan kebudayaan sebagai selubung untuk
menyembunyikan muka dari rasa malu, sebab telah menjadi pihak yang kalah melulu?
Dalam hidup
sehari-hari terasa bahwa orang yang mengejar
materi dianggap ngaya (ngoyo) uripe alias memaksakan diri dalam hidup, dan ini
merupakan sesuatu yang bukan Jawa. Hidup cara Jawa adalah tenteram dan harmoni
dalam konotasi bathin, karena di sana
tersirat bahwa materi tak bisa membawa ketenteraman. Tak heran bila orang Jawa lebih
memilih mangan ora mangan waton ngumpul (makan tak makan yang penting kumpul).
Ada sebuah ungkapan Jawa yang lazim diutarakan
oleh pelaku spiritual Jawa “Numpak Mercy mbrebes mili, mikul dhawet uro-uro”
(orang kaya naik Mercy tetapi sambil berurai air mata, tukang jual cendol
bernyanyi karena bahagia), ungkapan ini merupakan simbol pemujaan atas hidup
sakmadya dan merupakan bentuk penolakan materi seperti uraian diatas tadi. Dalam
dunia Islam, gambaran masyarakat tentang Sufi
selalu merujuk pada kesederhanaan dan penolakan terhadap keduniawian. Max Weber
bahkan menganggap agama-agama Timur termasuk Islam, Budha dan Hindu tidak memiliki
"asketisme duniawi" seperti Protestan yang melahirkan kapitalisme modern
itu.
1
Karena
asketisme agama-agama Timur bersifat mistis, "lari" dari duniawi dan
mengejar hidup akhirat semata. Ironisnya seperti yang pernah ditulis Goenawan Mohamad,
mereka yang "emoh" duniawi ini ternyata selalu hidup dari dana yang dihimpun untuk mereka
(orang-orang yang menjahui duniawi) dengan dalih persembahan atau sodakoh.
Di berbagai daerah
ada Guru-guru lantaran yang menjalani hidup sebagai Pemencar kaweruh kasepuhan atau yang lazim disebut sebagai Pinisepuh dan beliu dimata masyarakat
dikenal sebagai salah seorang pelaku Kejawen/Sufi,
akan tetapi hidup ke-duniawi-annya
mentereng. Rumahnya mewah, pakaiannya necis, mobilnya bukan hanya Kijang Inova namun
beliu juga punya Mercy seri 3, adalah gambaran Kejawen yang tidak lazim dan yang
melawan "stigma" yang sah itu.
Penulis punya
seorang teman yang juga menjadi pamencar kaweruh kasepuhan di salah satu kota di Jawa Timur. Pada
suatu pagi, beliu tampak marah pada para
siswanya,
karena para
siswa didapatinya oleh beliu hanya memakai kaus oblong ala kadarnya ( warna
sudah kusam dan tidak di setrika ) dan berikat kepala ( udeng) butut. Di pintu gerbang
padepokan para siswa bertemu sang Pinisepuh yang dengan suara keras mendamprat para siswa dari dalam sebuah Mercy
yang licin mulus itu. "Kamu kira kalau sudah menggembel
begitu mesti masuk surga? Hidupmu itu belum tentu, tahu?.....Kalau mau menjadi
siswa Jendro yang hebat, hiduplah yang mentereng di dunia dan mati masuk surga.
Jangan kamu balik duniamu, sudah pating slawir (compang-camping), status akhiratmu
aja masih ngambang. Pikiran romo pinisepuh ini jelas subversive, menjungkir-balikkan
pandangan Jawa yang sejati tadi. Ia tidak mau "naik Mercy mbrebes
mili". Edan, po?, ia pun menolak mikul dhawet, meskipun sinambi uro-uro. Memang
muskil dalam pandangan Jawa : numpak (naik)
Mercy tur(sambil) uro-uro. Sikapnya yang memilih hidup mulia di dunia dan mati berharap bisa masuk surga, bukan bentuk
penerapan dari "hedonisme" para kawula muda yang bicara tentang
"mumpung muda foya-foya, tua harus kaya raya dan mati masuk surga".
Pilihan sikap hidup romo Pinisepuh ini serius. Ia bertolak dari dasar-dasar
ajaran mulia. Kejawen atau Sufi yang mewah ini, dengan kata lain tidak terkena
"najis" yang penting ke-kejawen-annya tidak "luntur". Ke-mentereng-annya
dengan harta duniawi dan Mercy itu, tentunya sah-sah saja, sepanjang tak
membuat dia lupa pada yang paling esensial yaitu Tuhan.
Duit, rumah mewah,
Kijang Inova dan Mercy, semuanya dipahami hanya sebagai alat dan bukankah
pelaku Jendro dihalalkan juga menggunakan alat semacam itu? Kejawen sekelas romo
Pinisepuh ini kalibernya menyumbang, bukan hidup dari sumbangan. Beliu mereguk
kemewahan dunia tapi tak terpenjara oleh
harta bendanya. Beliu hidup dengan asketisme duniawi, bukan asketisme mistis
yang lari dari duniawi itu, beliu tidak mempertentangkan maupun
mempermasalahkan hidup sakmadya dan materi. Sebaliknya, keduanya didamaikan,
dibuat "manunggal" sebagai sarana tumuju yang atunggal dan penyerahan
diri yang lebih komplet serta lebih total. Bagi beliu, perjalanan menuju
keheningan memerlukan juga duit agar lebih hening.
Pada umumnya, orang dekat pada Tuhan-nya ketika dalam kesulitan.
Akan tetapi dalam keadaan senang, Tuhan sering ditinggalkan. Pinisepuh kita yang
satu ini lain. Maka, barangkali di sini jawaban mengapa pandangan
hidup Jawa mengutamakan urip sakmadya dan menolak materi.
Kenyataan yang kita temukan : orang Jawa lebih memilih
mikul dhawet sinambi uro-uro tinimbang numpak Mercy kanthi mbrebes
mili karena naik Mercy memang lebih besar
godaannya. Jadi hanya Pinisepuh besar dengan kantong “iman yang tebal” yang bisa naik Mercy
sinambi uro-uro. Nuwun!
2
Serat Darmawasita
ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada tahun 1878 M. Serat tersebut berisi
tentang ajaran untuk mencapai keluarga sakinah.
Pupuh
Dhangdhanggula
1 Mrih sarkara
pamardining siwi/
winursita
denira manitra/
nujwari Selasa
Wage/
triwelas sasi
Mulud/
kasanga Dal
sengkaleng warsi/
wineling
anengaha/
sariranta iku/
mring iki
wasitaning wang/
marang sira
putrengsun jaler lan estri/
muga padha
ngestokna//
Supaya manis
cara mendidik anak
diceriterakan
bagaimana cara menulis
bertepatan hari
Selasa Wage
13 bulan Maulud
ke -9 dengan
sengkalan tahun
pesan ini
ditujukan
kepadamu
terhadap nasihatku ini
kepada putraku
laki-laki dan perempuan
harap semuanya
memperhatikan
2 Rehne sira
wus dewasa sami/
sumurupa
lakoning agesang/
suntuturi
kamulane/
manungsa estri
jalu papantaran denya dumadi/
neng donya nut
agama/
jalu estri
dhaup mongka kanthining agesang lawan kinen marsudi dawakken wiji/
ginawan
budidaya//.
Karena kalian
sudah sama –sama dewasa
ketahuilah
jalan kehidupan
saya beritahu
asal mulanya
manusia
perempuan dan laki-laki
tidak banyak
selisih usianya ketika dilahirkan
di dunia
menurut agama
laki-laki
perempuan kawin sebagai teman hidup
diperintahkan
berusaha untuk memperpanjang benih
dibekali segala
akal budi.
3 Yeka mongka
srananing dumadi/
tumandhuke
marang saniskara/
manungsa apa
kajate/
sinembadan
sakayun/
yen dumunung
mring wolung warni/
ingaran
asthagina/
iku tegesipun/
wolung pedah
tumrapira/
marang janma
margane mrih sandhang bukti/
kang dhingin
winicara//
Sebagai sarana
hidup
berlakunya pada
segala sesuatu
sesuai dengan
maksud manusia
semua kehendak
tercapai
jika berpedoman
pada delapan ajaran
yang dinamakan
asthagina
itu artinya
delapan manfaat
bagimu
yang ditujukan
bagi manusia untuk mencari penghidupan
yang lebih dulu
dibicarakan.
4 Panggaotan
gelaring pambudi/
warna-warna
sakaconggahira/
nuting jaman
kalakone/
rigen ping
kalihipun/
dadi pamrih
marang pakolih/
katri gemi
garapnya/
margane mrih
cukup/
papat nastiti
papriksa/
iku dadi
margane weruhing pasthi/
lima wruh etung
ika//.
Pekerjaan
sebagai upaya akal budi
macam-macam
sesuai kemampuanmu
sesuai dengan
masa terjadinya
yang kedua
tertib
menjadi sarana
untuk memperoleh sesuatu
yang ketiga,
berhematlah
jalannya agar
kecukupan
yang keempat,
teliti dalam melihat sesuatu
Itu menjadi
jalan untuk mengetahui kepastian
yang kelima,
mengetahui perhitungan.
5 Watek adoh
mring butuh sahari/
kaping nenem
taberi tatanya/
ngundhakken
marang kawruhe/
ping pitu
nyegah kayun/
pepenginan kang
tanpa kardi/
tan boros marang
arta/
sugih
watekipun/
ping wolu nemen
ing sedya/
watekira sarwa
glis ingkang kinapti/
yen bisa kang
mangkana//.
Tabiat jauh
dari kebutuhan keseharian
keenam, rajin
dalam bertanya
meningkatkan
pengetahuan
ketujuh,
mengendalikan kehendak
keinginan yang
tidak berguna
tidak boros
dalam keuangan
kaya wataknya
kedelapan,
mempunyai kemauan yang keras
mempunyai watak
serba cepat dalam mengerjakan sesuatu
kalau dapat
demikian.
6 Angadohken
durtaning kang ati/
anyedhakken
rahayuning badan/
den andel mring
sesamane/
lan malih
wekasingsun/
aja tuman utang
lan silih/
anyudakken
derajat camah wekasipun/
kasoran
prabawanira/
mring kang
potang lawan kang sira silih/
nyatane
angrerepa//.
Menjauhkan rasa
iri
mendekatkan
pada keselamatan badan
dapat dipercaya
sesama
dan lagi
pesanku
jangan
membiasakan berhutang dan meminjam
mengurangi
harga diri mendapat malu akhirnya
kalah
kewibawaanmu
terhadap yang
menghutangi dan yang meminjamimu
kenyataannya
minta dikasihani
7 Luwih lara
laraning kang ati/
ora kaya wong
tininggal arta/
kang wus ilang
piyandele/
lipure mung yen
turu/
lamun tangi
sungkawa malih/
yaiku ukumira/
wong
nglirwakken tuduh/
ingkang aran
budidaya/
temah papa asor
denira dumadi/
tan amor lan
sasama//.
Lebih sakit
sakitnya hati
tidak seperti
orang yang ditinggalkan uang
yang sudah
hilang rasa percaya dirinya
terlibur hanya
ketika tidur
ketika bangun
bersusah lagi
itulah
hukumannya
orang yang
tidak menuruti nasihat
yang disebut
budi dan akal
sehingga hina
rendah dalam kehidupannya
tidak bergaul
dengan sesama.
8 Kaduwunge
saya angranuhi/
sanalika kadi
suduk jiwa/
enget mring
kaluputane/
yen kena
putraningsun/
aja kadi kang
wus winudi/
dupeh wus darbe
sira/
panci pancen
cukup/
becik linawan
gaota/
ingkang supaya
kayuman ning dumadi/
madu lamis
sangsaya//.
Penyesalan yang
semakin menjadi-jadi
seketika
seperti hendak bunuh diri
ingat akan
kesalahannya
kalau dapat
putraku
janganlah
terjadi seperti yang di atas
mentang-mentang
engkau telah memiliki segalanya
persediaan yang
cukup
lebih baik
bekerja
supaya hidupnya
terlindungi
terhindar dari
kesengsaraan.
9 Rambah malih
wasitaning siwi/
kawikana
patraping agesang/
kang kanggo ing
salawase/
manising netya
luruh/
angedohken
mring salah tampi/
wong kang
trapsileng tata/
tan agawe rengu/
wicara lus kang
mardawa/
iku datan
kasendhu marangsasami/
wong kang
rumaket ika//
Ada lagi
nasihat anakku
ketahuilah akan
tingkah laku hidup
yang untuk
digunakan selama lamanya
manisnya hati
yang halus
menjauhlah dari
kesalahfahaman
orang yang
berperilaku sopan
tidak akan
membuat marah
bicaralah halus
yang menyenangkan
itu tidak akan
ditegur oleh sesama
orang yang
akrab itu
10 Karya resep
mring rewange linggih/
wong kang manut
mring caraning bangsa/
watekjembar
pasabane/
wong andhap
asor iku/
yekti oleh
panganggep becik/
wong meneng iku
nyata/
neng jaban
pakewuh/
wong aprasaja
solahira/
iku ora gawe
ewa kang ningali/
wong nganggo
tepanira//.
Membuat senang
teman duduk
orang yang
menuruti aturan bangsanya
pergaulannya
luas
orang yang
merendahkan diri itu
selalu
memperoleh anggapan baik
orang pendiam
itu nyata
berada di luar
kesulitan
orang yang
bertingkah laku bersahaja
itu tidak
membuat iri hati kepada orang yang melihat
orang yang
memakai tenggang rasa
11 Angedohken
mring dosa sayekti/
wong kang enget
iku watekira/
adoh marang
bilahine/
mangkana
sulangipun/
wong kang amrih
arjaning dhiri/
yeku
pangolahira/
batin
lahiripun/
ing lahir
grebaning basa/
yeka aran
kalakuwan ingkang becik/
margane mring
utama//.
Menjauhkan dari
dosa sejati
orang yang
selalu ingat itu wataknya
jauh dari
bahaya
demikianlah
persoalannya
orang yang
ingin mempunyai keselamatan diri
itulah cara
mengolahnya
batin dan lahir
dalam lahirnya
tercermin tingkah lakunya
yang disebut
tingkah laku yang baik
jalannya menuju
kepada keutamaan.
12 Pepuntone
nggonira dumadi/
ngugemana mring
catur upaya/
mrih tan
bingung pamundhine/
kang dhingin
wekasingsun/
anirua marang
kang becik/
kapindho
anuruta/
mring kang
bener iku/
katri ngguguwa
kang nyata/
kaping pate
miliha ingkang pakolih/
dadi kanthi
neng ndonya//
Kesimpulan dari
pada kalian di dunia
taatilah empat
upaya
agar tidak
bingung memilihnya
yang pertama
nasihatku
menirulah
kepada yang baik
kedua,
menurutlah
kepada yang
benar
ketiga,
percayalah pada hal yang nyata
keempat,
pilihlah yang bermanfaat
jadi pegangan
di dunia
Pupuh Kinanthi
1 Dene wulang
kang dumunung/
pasuwitan jalu
estri/
lamun sregep
watekira/
tan karya gela
kang nuding/
pethel iku
datan dadya/
jalarane duk
sayekti//
Adapun ajaran
yang berkenaan
pengabdian
suami istri
jika rajin
wataknya
tidak membuat
kecewa yang menyuruh
suka bekerja
itu lakukanlah
sebab yang
sesungguhnya
2 Tegen iku
watekipun/
akarya lega
kang nuding/
wekel marganing
pitaya/
dene ta
pangati-ati/
angedohken
kaluputan/
iku margane
lestari//.
Tekun bekerja
itu wataknya
membuat senang
bagi yang menyuruh
bersungguh-sungguh
bekerja
menyebabkan
dipercaya
adapun
kehati-hatian
menjauhkan dari
kesalahan
itu sebabnya
lestari
3 Lawan malih
wulangipun/
marganing wong
kanggep nglaki/
dudu guna japa
mantra/
pelut dhuyung
sarandhesthi/
dumunung neng
patrapira/
kadi kang
winahya iki//
Dan ajarannya
lagi
yang membuat
orang dihargai sebagai laki-laki
bukan guna-guna
japa mantra
pemikat halus
sebagai sarana
untuk mencapai
tujuan
ada dalam
tingkah lakumu
seperti yang
dinyatakan berikut ini
4 Wong wadon
kalamun manut/
yekti rinemenan
nglaki/
miturut
marganing welas/
mituhu
marganing asih/
mantep
marganireng tresna/
yen temen den
andel nglaki//
Kalau perempuan
itu menurut
sungguh-sungguh
akan disenangi suami
menurut
menyebabkan sayang
menetapi
perintah menimbulkan kasih
sungguh-sungguh
mewujudkan cinta
kalau jujur
dipercaya lelakinya.
5 Dudu pangkat
dudu turun/
dudu brana
lawan warni/
ugere wong pada
krama/
wruhanta dhuh
anak mami/
mring nurut
nyondhongi karsa/
rumeksa kalayan
wadi//.
Bukan pangkat
bukan keturunan
bukan kekayaan
dan rupa
syarat orang
dalam perkawinan
ketahuilah
wahai anakku
menurut dan
mendukung kehendak (suami)
menjaga dengan
rahasia
6 Basa nurut
karepipun/
apa sapakoning
laki/
ingkang wajib
lineksanan/
tan suwala lan
baribin/
lejaring netya
saranta/
tur rampung tan
pindho kardi//
Menurut artinya
apa pun yang
diperintah lelaki
wajib
dilaksanakan
tidak suka
membantah dan mengulur-ulur waktu
senang
menyelesaikan pekerjaan secepatnya
dan pekerjaan
selesai tanpa pengulangan dua kali
7 Dene condhong
tegesipun/
ngrujuki
karsaning laki/
saniskara solah
bawa/
tanya tur
nyampah maoni/
apa kang lagi
rinenan/
openana kang
gumati//
Sedangkan yang
dimaksud setuju
menyetujui apa
pun yang dikehendaki suami
segala tingkah
laku
bertanyalah
tanpa mencela
apa yang sedang
menjadi kegemarannya
rawatlah
sebaik-baiknya
8 Wong rumekso
dunungipun/
sabarang
darbeking laki/
miwah
sariraning priya/
kang wajib sira
kawruhi/
wujud warna
cacahira/
endi bubuhaning
estri//.
Orang menjaga
artinya
segala
kepunyaan suami
dan sekaligus
badannya
yang wajib
engkau ketahui
bentuk, warna,
dan jumlahnya
mana yang
dimiliki istri
9 Wruha sangkan
paranipun/
pangrumate den
nastiti/
apa dene guna
kaya/
tumanjane den
patitis/
karana
bangsaning arta/
iku jiwa dereng
lair//
Ketahuilah
asal-usulnya
rawatlah dengan
teliti
juga dengan
harta kekayaannya
pergunakanlah
dengan tepat
karena yang
namanya harta
itu ibarat
sukma belum nyata
10 Basa wadi
wantahipun/
solah bawa kang
piningit/
yen kalair
dadya ala/
saru tuwin
anglingsemi/
marma sira den
abisa/
nyimpen wadi
ywa kawijil//.
bahasa rahasia
artinya
tingkah laku
yang tersembunyi
kalau diketahui
orang menjadi jelek
tidak senonoh
dan memalukan
maka hendaklah
engkau dapat
menyimpan
rahasia jangan sampai diketahui orang lain
Pupuh Mijil
1 Wulang estri
kang wus pala krami/
lamun
pinitados/
amengkoni mring
bale wismane/
among putra
maru sentanabdi/
den angati-ati/
ing sadurungipun//.
Ajaran untuk
wanita yang sudah menikah
kalau dipercaya
mengatur rumah
tangganya
mengasuh anak,
madu dan abdi
berhati-hatilah
sebelumnya
2 Tinampanan
waspadakna dhingin/
solah bawaning
wong/
ingkang bakal
winengku dheweke/
miwah watak pambekane
sami/
sinukna ing
batin/
sarta
dipunwanuh//.
Terimalah dan
waspadailah lebih dulu
tingkah lakunya
seseorang
yang akan
diperistrinya
termasuk watak
kebiasaanya
perhatikanlah
dalam batin
serta kenalilah
3 Lan takokna
padatan ingkang wis/
caraning
lelakon/
miwah apa saru
sesikune/
sesirikan kang
tan den remeni/
rungokena
dhingin/
dadi tan
pakewuh//.
Dan tanyakan
kebiasaannya yang sudah-sudah
cara
kehidupannya
termasuk
hal-hal yang tidak disukainya
semua pantangan
dan yang tidak disukainya
dengarkanlah
dahulu
agar tidak
menimbulkan kesulitan
4 Tumpraping
reh pamanduming wanci/
tatane ing
kono/
umatura dhingin
mring priyane/
yen pinujuno
ing asepi/
ywa kongsi
baribin/
saru yen
rinungu//
Bagi pengaturan
waktu
yang berlaku di
situ
bicarakan dulu
dengan suami
di kala waktu
senggang
jangan sampai
terjadi kesalahfahaman
memalukan kalau
terdengar
5 Mbokmanawa
lingsem temah runtik/
dadi tan pantuk
don/
dene lamun
ingulap netyane/
datan rengu
lilih ing penggalih/
banjurna
derangling/
lawan tembung
alus//
Mungkin malu
sehingga hatinya marah
sehingga tidak
mencapai tujuan
adapun jika
ditolak hatinya
tidak marah dan
berkenan hatinya
teruskan
pembicaraanmu
dengan
perkataan yang halus
6 Anyuwuna
wulang wewalere/
nggonira
lelados/
lawan endi kang
den wenangake/
marang sira
wajibing pawestri/
anggonen
salami/
dimen aja
padu//.
Mintalah
petunjuk aturannya
didalam engkau
melayani
serta mana yang
diperbolehkan
kepada engkau
yang menjalankan kewajiban sebagai istri
pergunakan hal
ini selamanya
agar tidak
terjadi pertengkaran.
7 Awit wruha
kukune jeng Nabi/
kalamun wong
wadon/
ora wenang
andhaku darbeke/
priya lamun
durung den lilani/
mangkono wong
laki/
tan wenang
andhaku//.
Karena
ketahuilah hukum Nabi
kalau seorang
wanita
tidak berwenang
mengakui miliknya
pria kalau
belum diizinkan
demikianlah
orang bersuami
tidak berwenang
mengakui barang itu sebagai miliknya
8 Mring gawane
wong wadon kang asli/
tan kena
denemor/
lamun durung
ana palilahe/
yen sajroning
salaki sarabi/
wimbuh raja ta
di/
iku
jenengipun//
Terhadap harta
bawaan orang wanita yang asli
tidak boleh
dicampur
sebelum ada
izin
bila dalam
perkawinan
kekayaan
bertambah
itu namanya
9 Gana gini
pada andarbeni/
lanang lawan
wadon/
wit sangkane
saka sakarone/
nging wewenang
isih aneng laki/
marma ywa
gagampu/
raja ta di
mau//
Gana-gini
dimiliki bersama sama
laki-laki
(suami) serta istri
karena harta
itu datangnya dari mereka berdua
tetapi yang
berhak masih suami
oleh karena itu
jangan engkau meremehkan
yang dinamakan
kekayaan tadi
10 Gana gini
ekral kang njageni/
saduman wong
wadon/
kang rong duman
wong lanang kang darbe/
lamun duwe anak
jalu estri/
bapa kang
wenehi/
sandhang
panganpun//.
Harta yang
diperoleh sejak menikah merupakan harta yang
harus dijaga
sungguh-sungguh
yang sebagian
untuk istri
yang dua bagian
suami yang memiliki
apabila mereka
memiliki anak laki-laki atau perempuan
bapak yang
memberi
sandang pangan
mereka
11 Pamo pegat
mati tuwin urip/
nggonira
jejodhon/
iku ora sun
tutur kukume/
wewenange ana
ing sarimbit/
ing mengke
mbaleni/
tuturingsun
mau//.
Apabila cerai
baik mati atau hidup
dalam berumah
tangga
itu tidak
kuberitahukan peraturannya
wewenangan ada
di mereka berdua
sekarang
kembali lagi pada
nasihatku tadi
12 Yen wus sira
winulang wineling/
wewalere
condhong/
lan priyanta
ing bab pamengkune/
bale wisma
putra maru abdi/
lawan raja ta
di/
miwah
kayanipun//.
Setelah engkau
diajari nasihat
setuju dengan
peraturan
suamimu dalam
hal mengemudikan
rumah tangga,
anak, madu, abdi
dan kekayaan
dengan
penghasilannya
13 Iku lagi
tampanana nuli/
ingkang
nastitiyo/
tinulisan apa
saanane/
tadhah putra
selir santanabdi/
miwah raja ta
di/
kagunganing
kakung//.
Baru terimalah
dengan seksama
dengan teliti
tuliskan apa
adanya
juga anak,
selir, dan para abdi
dengan kekayaan
kepunyaannya
lelaki
14 Yen wus
tlesih nggonira nampani/
sarta wis
waspaos/
aturena layang
pratelane/
mring priyanta
paran ingkang kapti/
ngentenana
malih/
mring
pangatagipun//
Setelah dengan
jelas kau menerimanya
serta sudah
waspada
haturkanlah
surat perinciannya
kepada suamimu
tentang pekerjaan itu
tunggulah
kembali
kepada
perintahnya
15 Kang supaya
aja den arani/
wong wadon
sumanggon/
bokmenawa gela
ing batine /
becik apa
ginrayang muni/
mring kayaning
laki/
kang yogya
satuhu//
Agar supaya
jangan dituduh
wanita yang
sombong
mungkin kecewa
dalam batinnya
lebih baik
rabalah hatinya
pada
penghasilan lelaki
yang patut
senyatanya
16 Ing sanadyan
lakinira becik/
momong mring
wong wadon/
wejanana kang
mringna liyane/
jer manungsa
datan nunggil kapti/
ana ala becik/
ing
panemunipun//
Walaupun
lelakimu baik
dapat ngemong
wanita
ketahuilah
sifat-sifat yang lain
karena sebagai
manusia tidak akan selalu sama keinginannya
ada jelek
baiknya
dalam
pendapatnya
17 Lamun kinen
banjur ambawani/
ywa age
rumengkuh/
lulusena lir
mau-maune/
aja nyuda, aja
amuwuhi/
tampanana
batin/
ngajarna
awakun//
Kalau kemudian
disuruh mengurusi
janganlah
cepat-cepat menyanggupi
luluskanlah
seperti sedia kala
jangan
mengurangi, jangan menambahi
terimalah dalam
batin
belajarlah
dengan tulus
18 Endi ingkang
pinitayan nguni/
amengku ing
kono/
lestarekna ywa
lirip atine/
slondhohona,
lilipuren asih/
mrih
trimaningati/
kena sira
tuntun//.
Mana yang
dipercaya dulu
yang menyamai
di situ
lestarikan agar
tidak kecewa hatinya
ajaklah bicara,
hiburkanlah dengan penuh kasih sayang
supaya hatinya
dapat menerima
dapat engkau
bimbing
19 Yen wus
cukup acukup pikiring/
wong sajroning
kono/
lawan uwis metu
piandele/
marang sira ora
walang ati/
iku sira lagi/
ngetrap
pranatanmu//.
Kalau sudah
cukup setuju dan cakap pemikirannya
orang di
dalamnya sana
dan sudah
percaya
kepadamu tanpa
ragu-ragu
itu engkau baru
menerapkan
peraturanmu
20 Wewatone
nyongga sandhang bukti/
nganakken
kaprabon/
jalu estri
supangkat pangkate/
iku saking
pametu sesasi/
utawa sawarsi/
para
gunggungipun//.
Kuncinya
mengatur kebutuhan sehari-hari
menyelenggarakan
rumah tangga
suami istri
sepakat mengatur pengeluaran
itu dari
penghasilan sebulan
atau setahun
berapa pun
jumlahnya.